IDIOT MY IMAGINATION LOVE
Elfira
Agustin
It’s
still not been illustrated by by word. When we are just two I can ask. Could
you know the answer? (Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata. Ketika kita
berdua, hanya aku yang bisa bertanya. Mungkinkah kau tahu jawabanya?)
If
you don’t have science, was all fun and joke that I can share with him. To make
her happy. Maybe people say I’m that’s ugly, big, geeky, you idiot. But
according to him, I was funny to share the pleasure to others. But why there
are people who don’t like. (Jika tidak mempunyai Ilmu, hanya kesenangan dan
lelucon yang bisa ku bagikan bersamanya. Untuk membuatnya bahagia. Mungkin
orang bilang aku itu jelek, berbadan besar, culun, idiot. Tetapi menurutnya,
aku itu lucu yang bisa berbagi kesenangan kepada orang lain. Tapi kenapa ada
orang yang tak menyukaiku?)
“Menari, berdansa,
tertawa lelucon, bernyanyi, bermain piano, itulah yang setiap hari
dilakukannya. Seni itu indah, dan aku tidak main-main dengan seni. Hidup tanpa
seni bagaikan malam tanpa bintang, bagaikan karya yang terbuang begitu saja
dengan sia-sia, dan lusuh tertimbun debu. Mereka melarangku, mereka tak
sependapat denganku. Dan terus memaksaku untuk melakukan hal yang tak ku
miliki. Aku berbeda, semua orang bisa berbicara kepada dunia. Apakah isi dunia
ini indah? Layaknya suara merdumu pada setiap mainan pianoku berbunyi
mengiringi paduan indah musikmu. Kenapa mereka tak suka seni? Mereka selalu
saja melarangku untuk mendekati seni. Seni tak ada hasilnya? Tak menghasilkan
upah? Hanya saja membuang waktu? Tapi bagiku tidak. Aku bisa hidup walau tak
bisa berkata pada seni,” pikirku.
“Mama
minta kalian berhenti, jangan kalian lakukan itu lagi. Mama ingin kalian jadi
anak kebanggaan mama papa, meneruskan usaha yang sudah bertahun-tahun kita
bangun,”Kata Mama yang sedang memarahi kedua anak lelaki dan wanita yang duduk
di sofa sambil meratap e bawah.
“Kenapa
mama melarang kita untuk mendekati seni? Seni itu moment yang bisa kita
abadikan,”Lirih Dianty Amanda Sarastika. Dianty adalah anak kedua yang bersifat
lebih dewasa dari kakaknya. Dia sangatlah menyukai seni. Ke bencian kedua orang
tuanya kepada seni, tak menjadi halangan untuknya terus berkarya di bidang
seni. Karena mereka hanya memandang seni dengan sisi buruknya.
Bagus Adicawicono Diningrat
adalah kakak Dianty. Dia juga sependapat dengannya. Kecintaannya terhadap seni,
membuatnya memancarkan kebahagiaan di orang-orang sekitarnya. Walau ada
kekurangan yang di milikinya, mampu menutup seluruh kekurangannya dengan adanya
sebuah seni di dalam hidupnya.
Bagus menyampaikan
sesuatu kepadaku. Namun, dia hanya menggambarkan isyarat kepadaku. Saat aku
menjawab mengapa mama melarang kita untuk mendekati seni? Aku paham, aku tahu
apa yang ingin dia katakan. Lalu, ku pergi meninggalkan papa dan mama di tengah
kelelahanku. Aku membawa kakak pergi dan mengantarnya kekamarnya. Agar dia
beristirahat di kamarnya dan begitu juga aku.
***
Diatas ku terlihat
anggun. Semua mata tertuju padaku. Ku dentingkan jari jemariku di atas alat
music piano. Mengiringi suara merdu seorang gadis cantik yang anggun dan telah
berdiri di hadapannya. Disana ada dia, yang menyaksikan kita. Para bintang
berkumpul dan bersinar menerangi indahnya malam. Jari jemariku mulai bergerak
dan mengiringi lagunya.
“Tust…
tust… tust…,”
Semua
yang bernafas peluk menemukan cahaya
Semua
yang bernafas peluk temukan arti hidup dan lengkapi jiwanya
Akhirnya
ku tlah temukan kamu..
Semestaku
tercipta..
Dan
aku tak kan pergi dan melepasmu
Dengan
sadarku ku masih mau
Tuk
menuju tujuku
Dan
ku berjanji tuk selalu ada sampai waktunya
Karena
semestaku ada padamu..
Ungkapanmu
bagai bintang tak berbulan dan cermelang
Senyumanmu
bagai bulan menemani sang malam hingga siangku datang
Semesta
akan selalu ku jaga..
Semesta
abadi selamanya..
“Plok..
plok.. plokk..,”
Lantang suara tepuk
tangan dan menyorakinya. Semua mata takjub kepada irama dan suara music
romantic ini. Seakan bintang dan bulan pun ikut berdansa. Kedua orang itu
menghampiri kita dan memeluknya. Mereka bangga dan takjub. Dan mereka percaya,
akan adanya seni itu indah. Mereka tak lagi untuk membencinya.
“Mama,
papa,”
***
“Hey bisu lo, idiot lo,
gendut badan gede banget mirip kingkong, hahaha,” ledek temen kampusnya Saras
dan teman-temannya anak alay. Mereka melempar sobekan-sobekan kertas itu kepada
Bagus yang tengah di gerumbuli olehnya.
“Stop! Stop! Jangan
hina kakak saya, kalian bubar! Bubar!” teriak Dianty yang berlari menghampiri
Bagus dan memeluknya untuk melindunginya dari serangan mereka.
Mereka pun beranjak
pergi dari tempat itu.
“Kakak, maafin Dianty
sudah meninggalkan kakak sendirian dan di hina dengan anak-anak itu,” lirih
Dianty yang masih memeluk kakaknya.
Bagus melepaskan
pelukan Dianty dan melihat matanya yang telah mengeluarkan air mata. Bagus
berusaha mengusap air mata itu agar tak banyak lagi yang terus menngalir.
Tangannya mencubit pipi Dianty agar membuatnya tertawa dan kembali tersenyum.
“Ahh.. kakak sakit, iya
Dianty tau, Dianty gak akan cengeng lagi dan akan selalu tersenyum,” ucap
Dianty sembari menebar senyumnya kepada Bagus.
Mereka pun berjalan
pulang di tengah senja. Datang seorang lelaki tampan yang memanggilnya dari
arah yang jauh.
“Dianty,”
“Leo, kamu ngapain di
sini?” tanya Dianty.
“Gue kebetulan aja
lewat sini, kok kamu belum pulang?” tanya Leo.
“Iya aku tadi habis
jalan-jalan sama kakakku,” jawab Dianty.
“Mau aku antar pulang?”
“Tidak usah. Aku bisa
pulang sendiri kok sama kakakku, yaudah aku duluan ya, bay bay,” ucap Dianty
yang tak kunjung panjang lebar dan segera pergi mengakhiri percakapannya dengan
Leonardo. Dia adalah temen kelas sastra Dianty. Namun, kedua orang tuanya ingin
agar Dianty bisa menjadi pasangannya. Tetapi Leo sangat membenci Bagus. Karena
dia selalu mengganggu moment di saat Leo dan Dianty telah bersamaan.
***
Cinta
itu tidak ada. Cinta itu ada jika seni itu ada. Cinta itu ibarat seni yang
indah. Jika dia menari, berdansa, bernyanyi, cinta itu akan berjalan indah
dengan kedua sepasang yang mamadukannya menjadi irama indah. Tapi aku tak
begitu mengenal cinta. Hanya seni lah yang mengenalkanku dengan cinta.
Hidupku
tidak lama lagi. Aku tidak akan lama lagi berada di dunia ini. Aku hanya
berimajinasi agar bisa sempurna seperti mereka. Hanya dengan detingan jari
jemariku, dan tarian dance dengannya yang membuatku merasa sempurna saat berada
di dekatnya. Tak semua orang menyukaiku. Kedua orang tuaku pun tak menyukai
seni. Apalagi menyukaiku. Mereka hanya inginkan kepentingannya. Jadi untuk apa
aku berlama-lama berada di dunia ini. Jika tidak ada yang menyukaiku? Mana ada
cewek yang mampu mencintaiku jika aku tak mengenal cinta?
***
Pada malam terakhir
mereka berdansa di pesta perayaan kakak adik di moment romantic ini. Hanya
mereka berdua yang merayakannya. Dengan lampu-lampu yang bersinar menerangi
indahnya malam. Bagus memainkan satu lagu piano untuk adiknya tercinta Dianty.
Dianty merasa mala mini adalah pertemuan terakhir dengannya. Di moment indah
ini, banyak bunga bunga yang melingkar di sekelilingnya. Seakan bunga itu
menatapnya memberikan isyarat keguguran. Ini hanya firasat. Semuanya akan
baik-baik saja.
“Terima kasih kak,
Dianty senang sekali, ini adalah moment terindah Dianty, dan pada mala mini
adalah hari special kakak dan adik,” ucap Dianty di tengah moment ini sambil
memegang kedua tangan kakaknya.
“Kak tunggu sini ya,
Dianty mau ke sana dulu,”
Ingin sekali hati ini
berkata. Tapi tiada kata yang dapat terucap.
“Bruakkkkkkkkkk!!”
“Kakakkkkk!!”
“Kakak bangun kak!
Jangan tinggalin Dianty kak. Dianty tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Kak
ayo bangun kak!” teriak Dianty yang jauh berlari. Maut telah menghampirinya.
Hidupnya tak lama lagi. Mungkin ini saatnya. Ini adalah takdir. Jika takdir
sudah berkata tiada orang yang bisa menghentikannya, sekalipun dia menangis.
Suara ambulance yang
membawanya pergi ke rumah sakit. Bagus segera di bawa ke ruang ICU. Dianty
menunggu diluar dan dia segera menghubungi kedua orang tuanya.
“Apa benar anda
keluarga dari pasien Bagus Adicawicono Diningrat?” ujar dokter yang keluar dari
ruang ICU sembari melepaskan sarung tangannya.
“Saya adiknya dok,
bagaimana dengan keadaan kakak saya dok? Apa dia baik baik saja dok? Cepat
jawab dok?” sentak Dianty yang tak lagi sabar dan sangat mengawatirkan keadaan
kakaknya.
“Mohon tenang dulu
mbak, mari ikut ke ruangan saya,”
Sesampainya di ruang
dokter, Dianty menatap dokter dengan gelisah. Dia terus bertanya tanpa henti
keadaan kakaknya terhadap dokter. Dokter pun tak dapat berkata apa apa. Rahasia
ini sudah cukup lama tersimpan. Dan keluarganya harus tau. Karena saat itu
pihak rumah sakit tidak persis mengetahui keluarganya. Mereka kira Bagus hidup
sendiri di dunia ini.
“Sudah waktunya saya
berbicara tentang ini kepada anda,” ucap dokter.
“Berbicara soal apa
dok?” tanya Dianty yang tak mengerti.
“Sebenarnya Bagus sudah
lama mengindap penyakit Skizofrenia, penyakit yang sulit di sembuhkan, penyakit
ini membuat penderitanya tidak mampu membedakan kenyataan dan khayalan,
termasuk mengalami delusi (keyakinan kuat yang tidak memiliki bukti),
halusinasi (persepsi tanpa ada rangsan pancaindra), Bagus sebenarnya adalah
pasien saya, sudah bertahun tahun dia berobat dengan saya, tetapi tidak ada
perubahan melainkan ada sosok orang yang mampu membuatnya bangkit kembali untuk
melawan rasa sakit yang di deritanya, memang penyakit itu tidak bisa di lihat
oleh orang-orang sekitarnya, kecuali jika dia mau memberitahunya,” jelas
dokter.
Dianty pun terisak
mendengar perkataan dokter, dia tak kuat mendengarnya. Tapi kenapa kak Bagus
menyembunyikan semua ini kepada kami? Kenapa? Tak kuasa mendengarnya, Dianty
pergi meninggalkan dokter tersebut sembari menahan tangis. Sesekali dia
menengok ruang ICU dan menatap kakaknya yang harus berjuang untuk hidupnya.
Tak lama kemudian kedua
orang tuanya datang. Mereka merasa sedih. Bagaimana pula Bagus adalah anak
kandungnya. Walau banyak kekurangan yang di milikinya tak seperti anak normal
biasanya. Tetatp dia sangatlah istimewa. Keistimewaannya dapat membuat orang
orang di sekitarnya di penuhi dengan canda tawa. Walau tiada kata yang terucap.
Waktu sudah tidak lama
lagi. Maut sudah tiba menghampirinya. Lagu terakhir yang dinyanyikan oleh
seorang gadis cantik yang telah menunggunya di iringi sebuah piano kecil yang
di bawanya. Mungkin hanya dengan ini bisa membuatnya bangkit kembali!
Andai
nafas terhenti
Andai
jantung ku mati
Ku
kan slalu di hatimu
Andai
langkah terputus
Andai
jejak terhapus
Ku
kan slalu di hatimu
Tanpamu
hidupku merasa sepi
Tanpamu
hidupku merasa sepi
Aku
tak bisa bila hidup
Tanpamu
Aku
bukan apa apa
Tanpamu
ku tak merasa sempurna
Aku
tak bisa bila hidup
Tanpamu
Kumerasa
kosong
Tanpamu
bagai buih di lautan..
“Tutt.. tutt.. tutt..,”
jantungnya tidak lagi berdetak.
“Kakak..!!” teriak
Dianty.
***
Satu bulan kemudian, sejak
kejadiaan itu kakak meminta kepada mama dan papa agar tidak melarang Dianty
untuk berkarya di bidang seni. Mama dan papa pun tidak lagi melarangku. Kini
aku akan menepati janjiku kepadanya. Agar aku menjadi anak kesenian dan sastra Indonesia.
Namun, mimpiku telah terjawab. Aku memenangkan juara 1 tingkat nasional bermain
piano. Dan 1 buah karya novel serta 2 buah karya cerpen yang berhasil di
launchingkan minggu lalu. Ini adalah awal dari kesuksesanku untuk menjadi
seniman Indonesia dan sastra Indonesia. Setelah aku mendapat persetujuan dari
kedua orang tuaku. Walau aku harus bisa mengikhlaskannya. Mungkin ini sudah
takdir yang kuasa. Hanya sebuah surat yang tertinggal untukku saat kakak telah
pergi dokter memberikanku sesuatu. Surat itu berisi :
Dear Dianty,
Hai adikku tercinta
Ilove you! Maafkan Bagus kalau selama ini bagus sudah menyimpan rahasia ini.
Karena Bagus tidak ingin kalian semua khawatir dengan penyakit Bagus yang
menyeramkan dan tidak dapat di sembuhkan. Bagus hanya bermimpi, berimajinasi
untuk bisa menjadi seperti mereka. Manusia normal. Tapi semua itu sudah
kehendak yang kuasa. Ini adalah takdirku. Aku harus terima pada kenyataannya.
Bagus hanya ingin berkata : Bagus ingin menjadi badut untuk kalian agar tiada
tangis dalam kesedihan. Bagus sangat sayang sama kalian. I love you Dianty.
Salam, Bagus
Kini tiada lagi orang
yang mampu membuat hari hariku barwarna. Tiada lagi suara piano itu yang
mengiringiku saat aku menyanyikan sebuah lagu.
Setelah meninggalnya
kakaku, papa dan mama menginginkan aku agar menikah dengan Leonardo teman
kuliah sastraku. Dia adalah anak dari sahabat papaku. Sudah lama mereka ingin
menjodohkan kita. Aku gak tau apakah aku bisa bahagia dengannya? Aku pun juga
tak mengenal kata CINTA. Apakah aku bisa hidup tanpanya? Idiot My Imagination
Love.
Follow instragram : @elfiragustin21
Follow Twitter : @Elfira Bie
Facebook : Elfira Agustin
Selamat Membaca, Terima Kasih sudah membaca ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar