Selasa, 28 Juni 2016

Cerpen Cinta 2016


Mencintai Bukan Untuk Dicintai
Elfira Agustin

            Di sebuah kamar sederhana yang menyimpan banyak cerita untuk seorang wanita tempat dia bertahta. Kamar adalah sebuah objeck pertama untuk seorang wanita dalam memilih sebagai tempat menyendiri. Berawal dari hujan dengan suara rintik-rintiknya membawa diri seorang wanita terluka hingga membasahi seluruh tubuhnya. Alunan musik yang berputar menghiasi malam yang berpeluk rindu. Dalam doa ku menginginkannya bukan untuk di cinta.
            Aku bukanlah wanita yang sama seperti mereka yang mudah jatuh cinta oleh seorang pria. Aku terlalu mencintainya sampai aku sadar cinta itu membawa luka. Tapi yang aku tau cinta itu adalah anugerah yang datang dalam jiwa. Itu menjadi alasan kalau cinta itu indah saat mereka merasa bahagia.
            Sampai suatu hari aku menemukan jalan untuk bertahta. Pertemuan yang terjadi di sebuah ruangan yang ramai dengan awal percakapan yang konyol. Pria itu telah membuka mataku, bahwa tidak semua pria sepertinya. Karena dengan karakternya mengenal seorang wanita di hadapannya. Dihatiku berkata, “Akankah aku mengenal cinta? Akankah aku mampu membukakan hatiku untuk orang lain?” pertanyaan itu yang tanpa arti tak pernah terjawabkan olehku. Hanya dentingan waktu yang mampu menjawabnya.
            Seolah aku telah lupa akan hari-hari yang tak terbiasa melintas. Hari itu, ini, besok dan selanjutnya hingga cinta itu tau dimana arah jalan pulangnya. Mungkin cintaku tersesat pada jalan yang kelam. Sampai aku lupa oleh canda tawanya sebuah persahabatan yang masih utuh dan selamanya akan selalu ada.
            Pertemuan itu memulai kembali percakapan yang membosankan. Chatting dengan adanya sebuah topik tanpa terpikirkan kata-kata. Hingga kita mampu mengenal satu sama lain. Berawal dari pergaulan yang memberanikanku untuk mulai mengenalnya. Di kala wajahnya terlintas dengan senyuman indah. Sapaan manjanya yang membuatku terpanah. Tatapan matanya setajam pisau. Bibirnya yang memudarkan sajak-sajak aku ingin berpuisi. Jejaknya yang selalu ku kenang bersama memori pertemuan singkat ini.
            Sampai aku berharap tiada ujung hentinya kita di pertemukan oleh satu titik topik. Rayuannya yang membuatku meleleh. Genggamannya seakan tak mau kehilangan. Mungkin aku mengenal hujan yang berjatuhan dengan pelangi siang sebagai wadah cinta yang mulai bergairah. Sampai pada akhirnya aku bertanya kembali dari dalam hatiku yang amat dalam, “Apakah aku dapat membuka hati untuk seorang pria yang mampu membuatku jatuh hati? Apakah cinta itu berada pada orang yang benar?” Cinta tak pernah salah ataupun benar. Karena cinta hanyalah anugerah yang datang dari jiwa yang tulus.
            “Apakah aku berdosa telah mencintainya diam-diam,” pertanyaan itu muncul lagi ketika aku mengingat bahwa sebagian besar cintaku semata hanya  untuk Allah swt. Katika bibir tak mampu berkata, hanya doa yang menjelma. Ketika bibir telah lelah untuk mengataknya, hanya tulisan indahku yang menjadi sebuah kenangan kita. Ketika seseorang menginginkan sebuah tokoh di novel. Tapi karakter mereka yang telah di pilihkan dan bukan memilih. Karena ketika kita di pilihkan selalu ada kata tidak akan bisa mencintai bila cinta tidak dari kedua hati yang saling menumbuhkan hati.
            Sampai suatu ketika ayah berkata kepadaku, “Apakah kamu sudah punya pacar? Siapa pacarmu? Siapa orang yang kau cintai? Kenalkan kepada ayah,” Mendengarnya membuatku terdiam. Tak menjawabnya, hanya dengan senyuman yang mampu ku pancarkan untuk lelaki hebat sepertinya. Yang selalu ada dalam setiap langkahku berpijar, yang selalu menjadi pelukku saat tetesan air mata membasahi seluruh tubuhku. Dia adalah lelaki terhebat dalam hidupku, Ayah.
            Petikan gitarmu yang mengawali getaran hatiku. Suara indahmu yang selalu ku dengar. Alunan musikmu yang sering ku putar. Menunggu sebuah ponsel balasan darimu, sampai semuanya hanya menjadi angan-angan mimpi. Dan semua tentangmu masih ku ingat di hati. Tatapan matamu seolah mengawali sebuah cerita kita saat itu. Satu, dua, tiga, bulan bahkan setelah satu tahun aku telah mengenalmu cukup jauh. Hingga diam-diam aku melihat semua akun sosmedmu.
            Semua sosmedmu ingin rasanya ku pegang. Kenyataannya aku menemukan masa-masa kecilmu yang amat lucu dan menggemaskan. Tapi kamu tak pernah mengetahuinya. Perempuan yang mempunyai cinta yang tulus itu tak pernah mengungkapkannya kepadamu. Apa karena gengsi diantara kita? Mencintai diam-diam bukan untuk dicintai walaupun kita tau resikonya. Pasti diantara kita harus terima  jika suatu saat ada yang terluka. Ya, terluka karena hati kita tak dapat memiliki cinta yang suci itu.
            Ku jalani hari-hari sendiri dengan duniaku. Sampai aku tiada ujungnya belajar untuk amesia. Saat ketemu kamu wajahku yang memerah, memendam malu dan rindu yang amat dalam. Sungguh menyakitkan, pria itu hanya bertanya-tanya. Apa yang telah terjadi? Ya, dia benar-benar tidak peka pada lingkungannya. Tapi bukannya tidak peka, pria itu tau. Namun, dia tidak mau jika wanita yang telah di anggapnya sahabat itu akan sakit hati. Jika tau sebenarnya pria itu suka sama temanku sendiri.
            Mendengar kabar tentang itu, aku memutuskan untuk menjauh darinya. Antara malu, dan rasa gengsi yang amat besar bagi wanita sepertiku untuk mengungkapkan perasaan ini yang tiada ujungnya. Aku harus berusaha tersenyum, mengisi hari-hari tanpamu. Walau aku tau disini masih ada sahabat tercintaku yang selalu ada untukku dan membuatku tersenyum setiap saat. Aku juga melihatmu disana yang tertawa, tersenyum bahagia bersama kawan-kawanmu. Itu sudah cukup buatku kalau kamu masih baik-baik saja disana. Aku masih punya ayah yang begitu menyayangiku. Keluarga yang masih utuh, dan masih bersyukur jika hari ini aku masih di beri nafas hidup untuk melihat semua orang-orang yang kusayangi.
            Padahal aku gak tau jika di luar sana masih banyak teman-temanku, sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku, dan semua manusia di muka bumi ini yang jauh dari sempurna. Mereka anak yang seumuranku masih membutuhkan kasih sayang orang tuanya. Dimana dia menjelang masa puber, yang masih labil-labilnya. Tapi dia harus berjuang dan menjalani hidup sendiri karena dia hidup tanpa kedua orang tua yang sudah pergi entah kemana. Karena mereka sudah bahagia di sisi Allah. Setidaknya aku juga harus berpikir bagaimana kehidupan di luar sana. Bagaimana susahnya orang yang tidak punya orang tua. Mereka pasti jauh lebih baik dariku.
            Inilah hidup terkadang kita tidak tau harus memilih jalan yang mana. Karena mungkin semua manusia punya perasaan. Perasaan cinta yang gak pernah bisa di lawan. Mencintai satu orang yang special hingga menolak semua orang yang mendekatinya hanya karena ada rasa. Sampai pada akhirnya menyesalah sudah tiada ujungnya. Kita harus belajar lagi lebih dalam di antara bintang-bintang yang lebih baik. Di sana rasi bintangku dan rasi bintangmu menanti. Diatas langit yang jauh dari planet bintang. Aku belajar mencintai seseorang tanpa harus di cintai dengan rasa di lubuk hatiku yang tiadaa ujungnya jalan. Hingga kau tau dimana kau harus pulang.
           
Aku mencintai bukan untuk dicintai
            Mencintaimu adalah anugerah jiwa
            Menyayangimu adalah kehendak cinta
            Belajar melupakanmu adaalah caraku
            Pertemuan yang tiada ujungnya akan berpisah
            Inilah cinta yang tak saling memiliki
            Dua hati yang tak mungkin bersatu
            Hingga kau tau…
            Dimana jalan kau harus pulang untuk cinta
            Salam dari negeri cinta di sabrang samudra…

Cerpen Cinta Romantis Terbaru


Kado Terinda Untuk Cinta
Elfira Agusstin

            Malam itu aku melihat bintang yang masih tersenyum di atas langit yang membentang luas. Diantara lampu manik-manik yang indah, jalanan yang ramai, mobil-mobil serta motor yang berjajar-jajar di jalanan membuat kemacatan pada malam itu. Aku teringat akan hari special saat itu. Hari itu adalah hari ulang tahunnya. Pria yang selalu kuingat dalam benakku. Pria yang selalu mengisi hari-hari kekosonganku. Aku melihat di kalender handphoneku. Tepat besok pagi adalah hal yang harus menjadi moment indah saat aku bertemunya dan memberikan kado untuk cintaku. Malam ini aku harus mengucapkannya lebih dulu dari semua orang terdekatnya.
            Aku berjalan malam-malam.. mencari angkotan umum kesana-kemari. Tak ada satupun yang kutemui. Hanya sekedar gojek yang sekarang lagi maju-majunya. Terpaksa aku menaiki gojek itu. Dan aku berkeliling kota ini, menuju ke satu tempat hingga ke tempat lainnya. Malam mulai larut. Perjalanan malam ini tidak sia-sia. Di depan halte aku telah membawa hado terindah untuknya. Dalam hati aku merasa senang bisa menjadi seseorang yang special saat ku berikan kado ini untuknya.
            Terdengar rintik-tintik hujan yang telah berjatuhan ke bumi. Hingga mengguyur semua jalanan menjadi subur dan basah. Hujan ini adalah anugerah tuhan, dan nikmat atas segala syukur yang di berikan kepada umatnya. Tanpa adanya hujan, manusia mungkin akan mati kekeringan di telan bumi. Aku yang masih bertedu di bawah jembatan, di halte bus. Menunggu kndaraan umum untuk menuju pulang kerumah. Hujan yang semakin deras, membuat seluruh tubuhku menggigil kedinginan. Bajuku yang mulanya kering, kini juga ikut terguyur hujan.
            Kado terindah untuk cinta yang berusaha ku jaga dengan erat. Kini menjadi basah. Petir yang mulai berkumandang menyambar ke bumi. Aku gak tau malam petaka apa ini. Hingga membuat jalanan menjadi bandir terguyur hujan. Memang seharusnya malam ini adalah malam kebahagiaan. Hujan yang membawa senyuman. Tiba-tiba datang dengan amarah. Akhirnya ku temukan cahaya dari balik-balik keramaian. Cahaya seorang gojek yang mau mengantarkanku pulang ke rumah. Karena sudah terlalu larut malam. Tidak pantas untuk seorang gadis sepertiku.
            Akhirnya aku telah tiba di rumah tepat pukul 22.30 wib. Ku lihat rumah yang mulai terkunci. Bagaimana aku harus masuk kerumah mencari cela-cela di sisi kamarku. Memanjat, masuk melewati jendela. Mungkin semua orang sudah tidur dalam mimpi nyenyaknya. Aku segera masuk kamar dan mengganti pakaian yang basah dengan yang kering. Segera ku taruh kado itu di depan kipas angin, agar besok bisa ku bawa ke sekolah. Dan dapat ku kasihkan kepadanya. Beberapa jam lagi aku harus mengucapkannya. Aku harus menjadi orang pertama untuknya.
            Ku pajang handphone di depanku. Selalu ku lihat ponselku kabar darinya. Sambil ku mengeringkan kadonya semalam ini. Ku siapkan untuk mengedit fotonya dengan bertuliskan “Happy Brithday Cinta”. Sampai kau tau berapa besar caraku mencintaimu. Karena aku harus mencari-cari kado di malam hari, hujan-hujanan, masuk rumah diam-diam melalui sela-sela jendela, hingga basah kuyub masih ku sempatkan menjaga kado untukmu. Dan berharap besok adalah pagi petaka yang membawa kebahagiaan untuk kita berdua. Setidaknya aku sudah menunjukan pengorbananku demi mendapatkan kado terindah untukmu.
            Tiba-tiba ponselku berbunyi dan kulihat ada chatting dari seseorang. Aku sudah menduga jika itu adalah kamu yang akan mengingatkan kalau hari esok adalah ulang tahunmu. Tapi saat ku buka, itu adalah chatting dari sahabatku. Seketika dugaanku salah. Ku baca chatting dari sahabatku yang mungkin dia ingin memberi sesuatu penting.
Sahabatku : “Kamu dari mana aja? Kok dari tadi di telpon sibuk mulu?”
Aku : “Maaf aku tadi lagi sibuk, jadi gak sempet lihat-lihat handphone, apalagi ini hari hujan,”
Sahabat : “Oalaha, yaudah gak papa, aku cuma mau bilang kalau ada pr. Dan tadi aku kira kamu gak akan ngerjain pr kalau udah sibuk. Yaudah aku bikini sekalian aja, jadi kamu gak perlu khawatir untuk di hukum karena lupa tidak mengerjakan pr,”
Aku : “Oh iya, aku lupa. Ya ampun say makasih banget ya, yaudah ya besok lagi kita bahas, aku udah mau tidur nih ngantuk, bye,”
Sahabat : “Yaudah bye, nice dream,”
Aku : “Nice dream too,”
*Berakhir.
            Maaf aku sengaja berbohong. Batinku dalam hati merasa tidak enak dengan sahabatku sendiri. Aku melakukan ini karena aku nggak mau kalau sampai kamu tau aku hujan-hujan demi untuk mendapatkan kado untuk pria yang ku cintai. Mungkin kau akan marah saat ku katakan itu. Jadi lebih baik ku ceritakan besok saja. Semalam ku menunggu sambil mengantuk-ngantuk. Menyiapkan kata-kata untuknya yang sangat puitis dan romantis agar suasana tampak beda walau di dalam chatting.
            Melihat jam telah memasuki tepat pukul 12.00 wib. Aku segera membuka ponselku dan ku cari-cari namanya. Segera ku pasang profilnya di profilku. Segera ku ucapkan sepatah demi sepatah cinta happy birthday. Kau membalasnya dengan senyum serta tak lupa ucapan terima kasih. Senang sekali hatiku, dan tak sia-sia aku begadang malam ini untuk mendapat perhatiaanmu. Walau sangat singkat percakapan kita muda berakhir.
            Segera aku tertidur lenyap karena besok aku harus bangun pagi untuk memberikan kado ini untuknya. Tepat pagi-pagi aku bangun. Ketika matahari mulai terbit dari sebelah timur. Dan cahaya kilau kuning pagi telah menyapaku dengan ramahnya. Segera aku pergi dan membawa kado untuknya.
            Pagi itu terjadi aku memberikan kado kepadanya lebih dulu. Dia menatapku dan mengucapkan terima kasih, dia memberiku senyuman pagi yang luar biasa. Hati semakin deg.. degkan saat berada di sampingnya. Inilah cinta yang sangat indah. Aku berteriak-teriak kegirangan. Hingga loncat-loncat, tak peduli apa kata orang. Yang penting hari ini aku bahagia. Usaha malam itu tidak terjadi sia-sia. Dan membuahkan hati bercinta.
            Satu jam kemudian, aku yang sedang asyik tertawa bersama temanku. Ku lihat satu pemandangan yang tak asing bagiku. Ku lihat ada seseorang yang sedang ku kenali. Dia berjalan dengan seorang wanita yang begitu amat cantik. Jauh lebih cantik dariku. Aku mencoba mendekati mereka tanpa mengganggunya. Dari balik tembok ku lihat mereka begitu sangat mesra. Ku mencoba memberanikan diri untuk menghampirinya dan menanyakan hal itu kepadanya. Dan apa yang terjadi aku harus terima dengan kenyataannya. Bahwa aku hanyalah teman dan gak lebih.
Aku : “Kakak pacaran sama dia?”
Kakak cinta : “Iya dek ini kenalkan pacar kakak,”
Pacarnya : “Hai, salam kenal,”
Aku : “Oh iya, salam kenal juga,”
Aku : “Yaudah ya kak aku duluan, langgeng ya kak, bye,”
Kakak dan pacarnya : “Iya bye,”
            Sejak saat itu aku tak lagi memunculkan tampanku di depannya. Aku malu sekali saat ini. Jatuh cinta pada orang yang salah. Jatuh cinta pada kekasih orang. Sungguh sakit hatiku hancur berkeping-keping. Tangisanku seolah menjerit seperti malam petaka waktu itu. Hujan yang datang bersama petir yang tajam. Hingga menggoreskan luka di hatiku. Yang awalnya ku kira akan membawa kebahagiaan. Ternyata semua dugaanku salah. Dan aku benar-benar bodoh! Tolol! Sekali lagi aku sangat malu. Di secret ganden itu aku menghabiskan waktuku sangat lamaa dan menangis sepanjang taman yang indah ini.
            Sahabatku yang mencariku kemana-mana tak menemukanku. Hingga dia melihat seorang wanita yang sedang bersendiri mirip seperti sahabatnya. Dan terdengat isakannya, dia mencoba mendekat dan melihat jika itu adalah aku. Dia memeluku dengan erat. Dia menanyakan kepadaku. Dan aku berusaha jujur untuk menjelaskannya kepadanya. Sambil ku curahkan seluruh hatiku kepadanya. Dari pada aku harus memendamnya sendiri itu sangat sakit. Dia juga memahamiku. Untungnya saja dia tidak marah padaku. Karena malam itu aku telah di butakan cinta yang bodoh! Aku telah melupakan tugasku dan sahabatku. Aku bersyukur masih ada sahabatku yang sangat menyayangiku. Aku memeluknya dia berusaha membuatku tersenyum pagi ini. Walau hatiku hancur, aku masih bisa tersenyum dalam tangis.
            Aku tau saat ini. Kado terindah itu adalah sahabatku.
            Setidaknya aku berpikir kalau di dunia ini masih ada kado yang lebih indah. Dari segala kado ulang tahun cinta. Kado terindah pagi itu adalah kebersamaan kita yang selalu tersenyum dan tidak memendam perasaannya sendiri. Aku merasa lega walaupun dia tidak tau isi hatiku, tapi ada seseorang yang jauh lebih tau tentang cinta.

Sahabat adalah kado terindahmu
Disaat saat kau terpuruk dan jatuh
Kau akan segera bangkit dengan semangat
Kau padamkan api dengan sepercik air
Walau sesaat aku telah membuat kebohongan besar
Kau masih menerimaku apa adanya
Oh, sahabat terima kasih semuanya..

Salam untuk semua sahabat tercintaku J

Senin, 27 Juni 2016

Kumpulan Cerpen @Elfiragustin21


Cita Rasa Secangkir Kopi Cinta
Elfira Agustin
        
            Hidup itu seperti rasa. Jika rasa itu mati, jiwa juga mati. Tanpa rasa, seseorang tak bisa hidup. Cinta terkadang berganti rasa, tapi cinta sesungguhnya memiliki cita rasa seperti secangkir kopi cinta. Rasa cinta yang saling menyayangi. Manusia tak mungkin bila hidup tanpa cinta. Cinta ini disampaikan dengan cita rasa kopi cinta gadis cantik bernama Amanda.
            Hmm… gue suka banget sama kopi, temen-temen gue bilang lo cewek kok suka kopi? Iya karna kopi itu mempunyai cita rasa seperti cinta. Cinta? Emang lo punya pacar? Enggak sih emang dari dulu gue belum punya pacar, tapi gue tau yang namanya cinta itu seperti, rasa kopi yang mempunyai beragam cita rasa cinta. Lo sih kelamaan jomblo cintanya sama kopi mulu, tapi tiap ada cowok yang deketin lo, kopi yang selalu lo utamain. Nggak juga sih, memang gue belum nemuin jodoh gue aja. Mungkin tuhan masih menyimpan jodoh gue baik-baik di surge sana. Hmm.. Yaudah deh terserah lo.
            “Temen gue cerewet banget sih, suka kepoin gue mulu. Yang di tanya selalu saja, Lo kok belum punya pacar? Lo pacaran sama kopi ya? Sadar woy jangan gila. Lo tuh yang gila!” pikir Amanda yang sedang menikmati secangkir kopi beraroma cinta di atas senja.
            Cintanya tak kan mudah terlepas dari cita rasa secangkir kopi cinta. Jodoh masih tetap menanti. Namun cinta, tak kan mungkin pergi jauh darinya.
            Secangkir kopi cinta itu membawaku terbang bersamanya di atas senja dengan semburat jingga.
            “Hai boleh gabung tidak nih?” tanya seorang pria tampan yang tengah berada di hadapanku. Aku mulai melihatnya dari saat aku meminum secangkir kopi itu dan melihat ke arah atas pria tampan yang berdiri di depanku.
            “Byarrr…,”
            “Astaga maaf maaf baju kamu jadi basah gara-gara aku, biar aku bersihkan ya,” ucap Amanda saat itu dia schook pria tampan dari langit mana yang tiba-tiba berada di hadapannya itu? Amanda pun membersihkan tumpahan kopi yang tersembur olehnya di baju pria itu.
            “Oh iya tidak apa-apa kok, maaf ini juga salah saya nongol tiba-tiba di depan kamu yang sedang asyik menikmati kopinya,” jawab pria tampan itu.
            “Iya maaf ya,” kata Amanda merasa bersalah.
            “Iya tidak apa-apa kok,” jawab pria itu.
            “Kamu pengunjung setia coffe ini ya? Dan sepertinya kamu itu cewek yang suka dengan kopi?” tanya pria itu yang menatapku tajam.
            “Iya, kok kamu tau sih? Apa kamu sering lihat aku di sini? Apa kamu para normal yang bisa nebak? Hehe gak kok bercanda,” gumam Amanda.
            “Ya kamu benar. Assh… tapi lupakan lah ya, oh iya nama kamu siapa?” tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya kepada Amanda.
            “Namaku Amanda. Kamu?” jawab Amanda mengulurkan tangannya pula.
            “Namaku Daffa. Nama yang cantik nan lembut seperti rasa kopi yang tersirat di dalam hatinya. Pecinta kopi cinta, dengan rasa yang berbeda-beda. Namun perasaannya tetap sama. Hehehe,” ucap Daffa si pria tampan yang tersenyum kepadanya.
            “Ahh.. Kamu bisa aja,” kata Amanda sambil tersenyum menatapnya.
            Semburat jingga itu menyemburkan secangkir kopi cinta untukku.
            Awalnya aku hanyalah pecinta kopi yang memiliki beragam cita rasa, tetapi perasaanku akan tetap sama. Namun, cinta itu datang membawa secangkir kopi cinta. Rasa kopi ini berbeda, tak selagi pahitnya rasa hatiku yang tak memiliki rasa cinta. Tapi memiliki cita rasa yang sangat kuat kepada cinta.
            Lelucon, bercanda, tertawa  di sepanjang senja coffe yang mengalunkan alunan syair puisi dan piano yang terdengar indah mengiringi lagu cinta. Mengawali rasaku yang terbang ke angkasa.
            Cinta tak hanya dengan serangkaian mawar yang menyatuhkan dua buah hati di ujung jalan. Tapi cinta yang mempunyai rasa indah di dalam secangkir kopi Amanda.
***
            Hari itu mengakhiri dari awal pertemuannya. Cinta yang mempunyai beragam rasa kopi. Kini telah berpulang kepadanya. Cintanya pudar tak seindah malam. Tak seindah senja. Tak seindah alunan syair puisi dan piano. Tak seindah mawar merah yang menyatuhkan dua buah hati. Malam itu berganti pahit. Sepahit kopi yang telah pudar tanpa sesendok gula yang mengawali manisnya rasa cinta.
            “Hai peri kopi yang manis, aku Daffa. Maafkan aku. Semalam itu yang telah membuatku sedih. Malam itu aku tak bermaksud. Aku hanya ingin menunjukkan arti rasa. Aku tak memiliki banyak waktu. Dan malam itu adalah pertemuan pertama dan terakhir kita. Senja pun menjadi saksi atas dua buah hati yang bersatu dalam secangkir kopi. Dan Coffe itu pun juga menjadi saksi cintaku kepadamu. Aku hanya bilang tunggu aku ya di malam senja coffe “Fall In Love” Aku akan datang bersama dua buah kopi rasa cinta untukmu, Love you cinta,” –pesan singkat Daffa untuk Amanda.
            “Hiks.. hiks.. hiks..,” Air matapun mengalir di wajahku membasahi pipiku. Tak pernah kurasakan sebelumnya. Rasa cinta yang sangat dalam. Sedalam dalamnya kopi dan sepahit pahitnya kopi yang mengakhiri malam yang indah itu. Waktu itu sangat singkat. Tapi waktu itu membawaku lebih lama untuk mengenalnya. Namun, sekejap rasa kopi itu menghilang saat malam itu berakhir.
***
            Sudah lama kulewati. Rasa yang tak kan pernah berubah. Rasa yang tak kan pernah pudar. Walau aku teringat melam itu telah mengakhiri cinta yang telah pudar. Lama ku menunggu. Dikala senja menyapaku, membawaku di dalam coffe “Fall In Love” bersama secangkir kopi menikmati alunan syair puisi dan alunan piano itu. Namun tak kunjung datang. Kemana cintaku berada? Kemana rasa itu terbang? Merpati putih kembalilah kepadaku. Bawalah kopi cintamu itu.
            Satu, Dua, Tiga hari. Bahkan satu tahun telah berlalu. Tak mendengarnya. Teriakan sang merpati tak menandakan dia kembali lagi. Mungkin dia akan benar-benar pergi jauh dengan secangkir kopi itu. Tapi aku tak mudah melupakan waktu yang singkat itu. Seperti aku yang tak akan mungkin melupankan secangkir kopi ini. Apa aku harus berhenti disini menunggunya? Sudah ya cinta, aku capek menunggumu bertahun-tahun dengan berharap kau akan kembali.
            Aku pergi... Beranjak dari tempat dudukku yang mengawali dari rasa kopi cinta itu.
            “Mbak mau kemana? Ini pesanannya ya?” tanya pelayan pria yang membawa dua buah secangkir kopi cinta untukku. Tapi aku tak merasa memesan kopi ini.
            “Tapi ini bukan pesanan saya mbak,” jawab Amanda yang mulai lelah.
            “Tapi ini mbak yang memesan tadi,” kata pelayan itu.
            “Tidak mbak saya tidak memesannya,” jawab Amanda lagi mulai sebal dengan pelayan itu.
            “Pokoknya saya tidak mau tau mbak harus membayarnya, karna mbak tadi yang telah memesannya,” celothe pelayan itu masih terus mengeyel.
            “Tidak. Saya tidak memesannya dan saya tidak mau membayarnya,” jawabk Amanda.
            “Ada apa ini kok ribut-ribut?” tanya seorang misterius yang bersembunyi di balik badan.
            “Ini pak, pembeli tidak mau membayar kopi yang telah di pesannya,” jawab pelayan itu kepada manejernya.
            “Saya tidak memesan kopi ini,” ucap Amanda dengan tegas.
            “Biar saya yang membayarnya dengan cinta,” kata seorang itu. Orang itupun berbalik badan dan seketika mata Amanda telah di kagetkan dengan cintanya. Tak salah Amanda mengenali jelas orang itu dan suaranya. Dia adalah Daffa kekasihnya. Dia datang menjawab dari akhir segalanya. Cintanya membayar sebuah janji yang telah lama pudar, dengan dua buah cangkir kopi cinta. Dan datanglah sebuah alunan music piano dan syair puisi yang mewarnai suasana cinta. Di kala senja pun juga menjadi saksi akhir cintanya. Dikala tempat coffe “Fal In Love” ini membawa ruang hati masuk untukku. Di kala kopi itu telah menyatuhkan dua buah hati cinta.
            “Kini cintanya telah terjawab dengan cita rasa secangkir kopi cinta. Namun, cinta tak hanya berupa bunga mawar merah yang membawa dua buah hati cinta.”-Terima Kasih dengan cinta.

Kumpulan Puisi @Elfiragustin21


Harapan Anak Bangsa Indonesia
Elfira Agutin

Pendidikan adalah awal dari sebuah harapan
Segenap dan tumpah darah yang menjunjung tinggi derajatnya
Tanpanya negeri ini terjajah oleh Belanda
Jika pendidikan masih akan di anggap rendah
Hancurlah harapan dan cita cita anak bangsa
            Pendidikan wajib di junjung tinggi
            Mereka mempunyai hak untuk menuntutnya
            Setidaknya kau berikan mereka pindidikan yang bebas
Kami bukanlah konglomerat
Yang mampu membayar dengan segala uang
Kami hanyalah manusia
Yang hidup sebatang kara
            Kami mempuyai hak atas pendidikan
            Pendidikan yang telah menjunjung tinggi derajatnya
            Pahlawan Ki Hajar Dewantara dan Ibu kita Kartini
            Hargailah perjuangan dan jasanya
Junjunglah cita cita dan harapannya
Jangan jadikan sebuah mimpi
Mimpi sebatas khayalan
Yang terbang tanpa sayap
            Jawablah curahan hati meraka
            Yang inginkan bersekolah
            Dalam hatinya berkata
            Aku ingin sekolah

Maha Pencipta Semesta      
Elfira Agustin

Tuhan kau adalah kekuatan dan perisaiku betahta
Kau ciptakan bola dunia dari alam semestamu
Kau berikan anugerah terindah dari kaum adam dan hawa
Andai mereka tau...
Kemurkaan dunia berserta isinya
Kelak tertiup oleh guncangan sangkar kalahmu
Mereka tak menyadarinya
Kaulah sang pencipta alam semesta
Saat tanah mereka tenggelam oleh butiran ulat
Yang menggerogoti tubuh manusia
Termakan oleh kemurkaannya
Tak ada ampun baginya yang tercium api neraka jahannah
Hanya sekadar membasmi..
Seluruh dosa yang kau nodai dengan maksiat

Detik Detik Akhir Ramadhan Terakhirmu
Elfira Agustin

Andai ini adalah akhir dari kebangkitan umatmu.
Wahai insan, renunglah jiwa dan hatimu.
Wahai qalbu, bukalah pintu hatimu.
Wahai aqal, berpikirlah sampai kapan hidupmu.
Kau akan berada pada tempat yang paling gelap diantara yang gelap.
Maka terangilah dengan cahaya Tahjud.
Kau akan berada pada tempat yang sempit.
Maka luaskanlah dengan Silaturahmi.
­Kau akan berada pada tempat yang sepi nan sunyi.
Maka ramaikanlah dengan perbanyak baca Al-Qur’an.
Kau akan terjepit dalam kubur hingga hancur.
Maka bebaskanlah dengan Shalat.
Kau akan terendam pada cairan api neraka.
Maka bebaskanlah dengan Puasamu.
Kau adalah tempat Munkar dan Nakir bertanya.
Maka jawablah dengan perbanyak ucapan kalimat “Lailahailallah”
Bertobatlah wahai umat Muhammad.
Kau akan mendapatkan pengampunan.
Jikalah takdir tak kuasa memanggilmu.
Inilah detik detik akhir dari Ramadhan Terakhirmu…

Andai Hidup Seperti Kopi
Elfira Agustin

Sehangat air yang larut dalam api.
Selembut bubuk kopi nan gula yang manis.
Teradu dalam kesatuan cita rasa.
Malam singgah saat bintang nan bulan meneranginya.
Disanalah teman untuk menjadi curahan hati
Yang amat larut dalam kesedihan.
Rasa yang larut dalam kesedihan.
hilanglah dengan setetes ramuan air hitam, nan coklat.
Rasa yang menyatuhkan hati oleh buaian secantik cangkir mawar.
Terhauskan olehnya bersama rembulan malam.
Habislah sudah, matilah rasa.
Tak ada hati yang lubuk di dalam launan sepi nan sunyi.
Andai hidup seperti kopi yang lembut.
Mengalir di dalam dada.
Menyejukkan hati di pagi hari.
Membawa kedamaian dan rasa cinta.
Hidup ini kan menjadi singgah di dalam surga.
Rasanya, bentuknya, kelembutannya.
Kurasakan sebagai tanda perdamaian dunia.
Di dalam mimpi khayalan surga.
Bersama kunang-kunang malam.



Cerpen Cinta Tentang Mimpi @Elfiragustin21


IDIOT MY IMAGINATION LOVE
Elfira Agustin
It’s still not been illustrated by by word. When we are just two I can ask. Could you know the answer? (Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata. Ketika kita berdua, hanya aku yang bisa bertanya. Mungkinkah kau tahu jawabanya?)
If you don’t have science, was all fun and joke that I can share with him. To make her happy. Maybe people say I’m that’s ugly, big, geeky, you idiot. But according to him, I was funny to share the pleasure to others. But why there are people who don’t like. (Jika tidak mempunyai Ilmu, hanya kesenangan dan lelucon yang bisa ku bagikan bersamanya. Untuk membuatnya bahagia. Mungkin orang bilang aku itu jelek, berbadan besar, culun, idiot. Tetapi menurutnya, aku itu lucu yang bisa berbagi kesenangan kepada orang lain. Tapi kenapa ada orang yang tak menyukaiku?)
“Menari, berdansa, tertawa lelucon, bernyanyi, bermain piano, itulah yang setiap hari dilakukannya. Seni itu indah, dan aku tidak main-main dengan seni. Hidup tanpa seni bagaikan malam tanpa bintang, bagaikan karya yang terbuang begitu saja dengan sia-sia, dan lusuh tertimbun debu. Mereka melarangku, mereka tak sependapat denganku. Dan terus memaksaku untuk melakukan hal yang tak ku miliki. Aku berbeda, semua orang bisa berbicara kepada dunia. Apakah isi dunia ini indah? Layaknya suara merdumu pada setiap mainan pianoku berbunyi mengiringi paduan indah musikmu. Kenapa mereka tak suka seni? Mereka selalu saja melarangku untuk mendekati seni. Seni tak ada hasilnya? Tak menghasilkan upah? Hanya saja membuang waktu? Tapi bagiku tidak. Aku bisa hidup walau tak bisa berkata pada seni,” pikirku.
            “Mama minta kalian berhenti, jangan kalian lakukan itu lagi. Mama ingin kalian jadi anak kebanggaan mama papa, meneruskan usaha yang sudah bertahun-tahun kita bangun,”Kata Mama yang sedang memarahi kedua anak lelaki dan wanita yang duduk di sofa sambil meratap e bawah.
            “Kenapa mama melarang kita untuk mendekati seni? Seni itu moment yang bisa kita abadikan,”Lirih Dianty Amanda Sarastika. Dianty adalah anak kedua yang bersifat lebih dewasa dari kakaknya. Dia sangatlah menyukai seni. Ke bencian kedua orang tuanya kepada seni, tak menjadi halangan untuknya terus berkarya di bidang seni. Karena mereka hanya memandang seni dengan sisi buruknya.
Bagus Adicawicono Diningrat adalah kakak Dianty. Dia juga sependapat dengannya. Kecintaannya terhadap seni, membuatnya memancarkan kebahagiaan di orang-orang sekitarnya. Walau ada kekurangan yang di milikinya, mampu menutup seluruh kekurangannya dengan adanya sebuah seni di dalam hidupnya.
Bagus menyampaikan sesuatu kepadaku. Namun, dia hanya menggambarkan isyarat kepadaku. Saat aku menjawab mengapa mama melarang kita untuk mendekati seni? Aku paham, aku tahu apa yang ingin dia katakan. Lalu, ku pergi meninggalkan papa dan mama di tengah kelelahanku. Aku membawa kakak pergi dan mengantarnya kekamarnya. Agar dia beristirahat di kamarnya dan begitu juga aku.
***
Diatas ku terlihat anggun. Semua mata tertuju padaku. Ku dentingkan jari jemariku di atas alat music piano. Mengiringi suara merdu seorang gadis cantik yang anggun dan telah berdiri di hadapannya. Disana ada dia, yang menyaksikan kita. Para bintang berkumpul dan bersinar menerangi indahnya malam. Jari jemariku mulai bergerak dan mengiringi lagunya.
“Tust… tust… tust…,”
Semua yang bernafas peluk menemukan cahaya
Semua yang bernafas peluk temukan arti hidup dan lengkapi jiwanya
Akhirnya ku tlah temukan kamu..
Semestaku tercipta..
Dan aku tak kan pergi dan melepasmu
Dengan sadarku ku masih mau
Tuk menuju tujuku
Dan ku berjanji tuk selalu ada sampai waktunya
Karena semestaku ada padamu..
Ungkapanmu bagai bintang tak berbulan dan cermelang
Senyumanmu bagai bulan menemani sang malam hingga siangku datang
Semesta akan selalu ku jaga..
Semesta abadi selamanya..
“Plok.. plok.. plokk..,”
Lantang suara tepuk tangan dan menyorakinya. Semua mata takjub kepada irama dan suara music romantic ini. Seakan bintang dan bulan pun ikut berdansa. Kedua orang itu menghampiri kita dan memeluknya. Mereka bangga dan takjub. Dan mereka percaya, akan adanya seni itu indah. Mereka tak lagi untuk membencinya.
“Mama, papa,”
***
“Hey bisu lo, idiot lo, gendut badan gede banget mirip kingkong, hahaha,” ledek temen kampusnya Saras dan teman-temannya anak alay. Mereka melempar sobekan-sobekan kertas itu kepada Bagus yang tengah di gerumbuli olehnya.
“Stop! Stop! Jangan hina kakak saya, kalian bubar! Bubar!” teriak Dianty yang berlari menghampiri Bagus dan memeluknya untuk melindunginya dari serangan mereka.
Mereka pun beranjak pergi dari tempat itu.
“Kakak, maafin Dianty sudah meninggalkan kakak sendirian dan di hina dengan anak-anak itu,” lirih Dianty yang masih memeluk kakaknya.
Bagus melepaskan pelukan Dianty dan melihat matanya yang telah mengeluarkan air mata. Bagus berusaha mengusap air mata itu agar tak banyak lagi yang terus menngalir. Tangannya mencubit pipi Dianty agar membuatnya tertawa dan kembali tersenyum.
“Ahh.. kakak sakit, iya Dianty tau, Dianty gak akan cengeng lagi dan akan selalu tersenyum,” ucap Dianty sembari menebar senyumnya kepada Bagus.
Mereka pun berjalan pulang di tengah senja. Datang seorang lelaki tampan yang memanggilnya dari arah yang jauh.
“Dianty,”
“Leo, kamu ngapain di sini?” tanya Dianty.
“Gue kebetulan aja lewat sini, kok kamu belum pulang?” tanya Leo.
“Iya aku tadi habis jalan-jalan sama kakakku,” jawab Dianty.
“Mau aku antar pulang?”
“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok sama kakakku, yaudah aku duluan ya, bay bay,” ucap Dianty yang tak kunjung panjang lebar dan segera pergi mengakhiri percakapannya dengan Leonardo. Dia adalah temen kelas sastra Dianty. Namun, kedua orang tuanya ingin agar Dianty bisa menjadi pasangannya. Tetapi Leo sangat membenci Bagus. Karena dia selalu mengganggu moment di saat Leo dan Dianty telah bersamaan.
***
Cinta itu tidak ada. Cinta itu ada jika seni itu ada. Cinta itu ibarat seni yang indah. Jika dia menari, berdansa, bernyanyi, cinta itu akan berjalan indah dengan kedua sepasang yang mamadukannya menjadi irama indah. Tapi aku tak begitu mengenal cinta. Hanya seni lah yang mengenalkanku dengan cinta.
Hidupku tidak lama lagi. Aku tidak akan lama lagi berada di dunia ini. Aku hanya berimajinasi agar bisa sempurna seperti mereka. Hanya dengan detingan jari jemariku, dan tarian dance dengannya yang membuatku merasa sempurna saat berada di dekatnya. Tak semua orang menyukaiku. Kedua orang tuaku pun tak menyukai seni. Apalagi menyukaiku. Mereka hanya inginkan kepentingannya. Jadi untuk apa aku berlama-lama berada di dunia ini. Jika tidak ada yang menyukaiku? Mana ada cewek yang mampu mencintaiku jika aku tak mengenal cinta?
***
Pada malam terakhir mereka berdansa di pesta perayaan kakak adik di moment romantic ini. Hanya mereka berdua yang merayakannya. Dengan lampu-lampu yang bersinar menerangi indahnya malam. Bagus memainkan satu lagu piano untuk adiknya tercinta Dianty. Dianty merasa mala mini adalah pertemuan terakhir dengannya. Di moment indah ini, banyak bunga bunga yang melingkar di sekelilingnya. Seakan bunga itu menatapnya memberikan isyarat keguguran. Ini hanya firasat. Semuanya akan baik-baik saja.
“Terima kasih kak, Dianty senang sekali, ini adalah moment terindah Dianty, dan pada mala mini adalah hari special kakak dan adik,” ucap Dianty di tengah moment ini sambil memegang kedua tangan kakaknya.
“Kak tunggu sini ya, Dianty mau ke sana dulu,”
Ingin sekali hati ini berkata. Tapi tiada kata yang dapat terucap.
“Bruakkkkkkkkkk!!”
“Kakakkkkk!!”
“Kakak bangun kak! Jangan tinggalin Dianty kak. Dianty tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Kak ayo bangun kak!” teriak Dianty yang jauh berlari. Maut telah menghampirinya. Hidupnya tak lama lagi. Mungkin ini saatnya. Ini adalah takdir. Jika takdir sudah berkata tiada orang yang bisa menghentikannya, sekalipun dia menangis.
Suara ambulance yang membawanya pergi ke rumah sakit. Bagus segera di bawa ke ruang ICU. Dianty menunggu diluar dan dia segera menghubungi kedua orang tuanya.
“Apa benar anda keluarga dari pasien Bagus Adicawicono Diningrat?” ujar dokter yang keluar dari ruang ICU sembari melepaskan sarung tangannya.
“Saya adiknya dok, bagaimana dengan keadaan kakak saya dok? Apa dia baik baik saja dok? Cepat jawab dok?” sentak Dianty yang tak lagi sabar dan sangat mengawatirkan keadaan kakaknya.
“Mohon tenang dulu mbak, mari ikut ke ruangan saya,”
Sesampainya di ruang dokter, Dianty menatap dokter dengan gelisah. Dia terus bertanya tanpa henti keadaan kakaknya terhadap dokter. Dokter pun tak dapat berkata apa apa. Rahasia ini sudah cukup lama tersimpan. Dan keluarganya harus tau. Karena saat itu pihak rumah sakit tidak persis mengetahui keluarganya. Mereka kira Bagus hidup sendiri di dunia ini.
“Sudah waktunya saya berbicara tentang ini kepada anda,” ucap dokter.
“Berbicara soal apa dok?” tanya Dianty yang tak mengerti.
“Sebenarnya Bagus sudah lama mengindap penyakit Skizofrenia, penyakit yang sulit di sembuhkan, penyakit ini membuat penderitanya tidak mampu membedakan kenyataan dan khayalan, termasuk mengalami delusi (keyakinan kuat yang tidak memiliki bukti), halusinasi (persepsi tanpa ada rangsan pancaindra), Bagus sebenarnya adalah pasien saya, sudah bertahun tahun dia berobat dengan saya, tetapi tidak ada perubahan melainkan ada sosok orang yang mampu membuatnya bangkit kembali untuk melawan rasa sakit yang di deritanya, memang penyakit itu tidak bisa di lihat oleh orang-orang sekitarnya, kecuali jika dia mau memberitahunya,” jelas dokter.
Dianty pun terisak mendengar perkataan dokter, dia tak kuat mendengarnya. Tapi kenapa kak Bagus menyembunyikan semua ini kepada kami? Kenapa? Tak kuasa mendengarnya, Dianty pergi meninggalkan dokter tersebut sembari menahan tangis. Sesekali dia menengok ruang ICU dan menatap kakaknya yang harus berjuang untuk hidupnya.
Tak lama kemudian kedua orang tuanya datang. Mereka merasa sedih. Bagaimana pula Bagus adalah anak kandungnya. Walau banyak kekurangan yang di milikinya tak seperti anak normal biasanya. Tetatp dia sangatlah istimewa. Keistimewaannya dapat membuat orang orang di sekitarnya di penuhi dengan canda tawa. Walau tiada kata yang terucap.
Waktu sudah tidak lama lagi. Maut sudah tiba menghampirinya. Lagu terakhir yang dinyanyikan oleh seorang gadis cantik yang telah menunggunya di iringi sebuah piano kecil yang di bawanya. Mungkin hanya dengan ini bisa membuatnya bangkit kembali!
Andai nafas terhenti
Andai jantung ku mati
Ku kan slalu di hatimu
Andai langkah terputus
Andai jejak terhapus
Ku kan slalu di hatimu
Tanpamu hidupku merasa sepi
Tanpamu hidupku merasa sepi
Aku tak bisa bila hidup
Tanpamu
Aku bukan apa apa
Tanpamu ku tak merasa sempurna
Aku tak bisa bila hidup
Tanpamu
Kumerasa kosong
Tanpamu bagai buih di lautan..

“Tutt.. tutt.. tutt..,” jantungnya tidak lagi berdetak.
“Kakak..!!” teriak Dianty.
***
Satu bulan kemudian, sejak kejadiaan itu kakak meminta kepada mama dan papa agar tidak melarang Dianty untuk berkarya di bidang seni. Mama dan papa pun tidak lagi melarangku. Kini aku akan menepati janjiku kepadanya. Agar aku menjadi anak kesenian dan sastra Indonesia. Namun, mimpiku telah terjawab. Aku memenangkan juara 1 tingkat nasional bermain piano. Dan 1 buah karya novel serta 2 buah karya cerpen yang berhasil di launchingkan minggu lalu. Ini adalah awal dari kesuksesanku untuk menjadi seniman Indonesia dan sastra Indonesia. Setelah aku mendapat persetujuan dari kedua orang tuaku. Walau aku harus bisa mengikhlaskannya. Mungkin ini sudah takdir yang kuasa. Hanya sebuah surat yang tertinggal untukku saat kakak telah pergi dokter memberikanku sesuatu. Surat itu berisi :
Dear Dianty,
Hai adikku tercinta Ilove you! Maafkan Bagus kalau selama ini bagus sudah menyimpan rahasia ini. Karena Bagus tidak ingin kalian semua khawatir dengan penyakit Bagus yang menyeramkan dan tidak dapat di sembuhkan. Bagus hanya bermimpi, berimajinasi untuk bisa menjadi seperti mereka. Manusia normal. Tapi semua itu sudah kehendak yang kuasa. Ini adalah takdirku. Aku harus terima pada kenyataannya. Bagus hanya ingin berkata : Bagus ingin menjadi badut untuk kalian agar tiada tangis dalam kesedihan. Bagus sangat sayang sama kalian. I love you Dianty.
Salam, Bagus
Kini tiada lagi orang yang mampu membuat hari hariku barwarna. Tiada lagi suara piano itu yang mengiringiku saat aku menyanyikan sebuah lagu.
Setelah meninggalnya kakaku, papa dan mama menginginkan aku agar menikah dengan Leonardo teman kuliah sastraku. Dia adalah anak dari sahabat papaku. Sudah lama mereka ingin menjodohkan kita. Aku gak tau apakah aku bisa bahagia dengannya? Aku pun juga tak mengenal kata CINTA. Apakah aku bisa hidup tanpanya? Idiot My Imagination Love.

Follow instragram : @elfiragustin21
Follow Twitter : @Elfira Bie
Facebook : Elfira Agustin

Selamat Membaca, Terima Kasih sudah membaca ^_^